oleh

Zeitoun, Bayangan Hitam di Tengah Api Perang

-Nasional-179 BACA

GAZA – Di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, suara ledakan menjadi pengganti lagu malam. Asap pekat mengepul, menutup langit yang dulu penuh dengan tenda-tenda pengungsian. Sejak pertengahan Agustus, deru pesawat tempur Israel semakin sering terdengar. Setiap serangan bukan hanya menghancurkan bangunan, tapi juga merobek harapan ribuan keluarga Palestina yang mencari perlindungan.

Investigasi visual Sanad, unit verifikasi Al Jazeera, mengungkap bahwa Israel telah meningkatkan serangan di kawasan ini sejak 13 Agustus. Banyak di antaranya menyasar tempat penampungan pengungsi—lokasi yang semestinya menjadi titik aman bagi mereka yang telah kehilangan rumah.

“Tidak ada lagi tempat yang bisa disebut aman,” ungkap seorang pengungsi, matanya kosong menatap reruntuhan yang sehari sebelumnya masih berdiri tenda keluarga. “Kami terus disuruh pindah ke selatan, tapi di manapun kami berada, bom tetap mengejar.”

Eksodus yang Tak Pernah Usai

Citra satelit menunjukkan aliran pengungsi yang kembali meninggalkan kamp-kamp di Zeitoun, berjalan menyusuri jalan berdebu menuju wilayah selatan Gaza. Anak-anak kecil berpegangan pada tangan orang tuanya, membawa hanya selembar selimut atau sebotol air. Mereka adalah saksi bisu dari pengungsian berulang yang tak pernah mengenal akhir.

Namun perjalanan itu bukanlah jawaban. Di selatan, ruang semakin sempit, tenda semakin padat, dan persediaan pangan serta obat-obatan semakin menipis.

Perang yang Memburamkan Garis Batas

Pemboman tanpa pandang bulu terhadap rumah warga dan tempat pengungsian dianggap banyak pihak sebagai taktik perang Israel yang menghapus garis pemisah antara warga sipil dan pejuang. Kelompok hak asasi manusia, pakar PBB, hingga pakar hukum internasional, meyakini tindakan ini mengarah pada genosida.

Sekutu Barat Israel, yang selama ini berdiri membelanya dengan dalih “hak untuk membela diri”, kini semakin resah melihat krisis kemanusiaan yang kian dalam. Desakan agar perang dihentikan terus bergema, namun serangan demi serangan masih menghantam Gaza.

Zeitoun sebagai Simbol Luka

Zeitoun kini bukan hanya nama sebuah lingkungan. Ia menjadi simbol dari penderitaan yang dialami warga Gaza: pengungsian yang tak kunjung usai, kehilangan yang berulang, dan kehidupan yang terus diguncang ledakan.

Rencana Israel untuk menguasai Gaza utara diyakini hanya akan memperparah luka. Bagi para pengungsi di Zeitoun, setiap langkah menuju selatan bukanlah perjalanan menuju keselamatan, melainkan pengulangan mimpi buruk yang tak berkesudahan. (**)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed