CIKARANG PUSAT — Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, tampaknya segera memiliki takdir baru. Pemerintah Kabupaten Bekasi tengah mengebut realisasi proyek Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL), yang digadang menjadi solusi jangka panjang persoalan sampah sekaligus langkah menuju energi terbarukan.
Dalam Rapat Pimpinan di Gedung Bupati Bekasi, Rabu (5/11), Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang menyampaikan optimismenya bahwa daerahnya bakal menjadi salah satu pionir proyek PSEL di Indonesia.
“Alhamdulillah, mudah-mudahan Kabupaten Bekasi bisa menjadi daerah pertama yang menjadi tuan rumah proyek PSEL ini,” ujar Ade. “Kita terus berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan instansi terkait untuk melengkapi seluruh persyaratan.”
Proyek yang merupakan bagian dari program nasional pengelolaan sampah modern ini diproyeksikan memiliki kapasitas minimal 1.000 ton per hari. Angka itu bukan masalah bagi Bekasi yang setiap harinya memproduksi lebih dari 2.000 ton sampah.
“Dengan kapasitas itu, Bekasi sangat potensial menjadi pusat pengelolaan sampah berbasis energi listrik,” kata Ade.
Ia menegaskan, selain menekan timbunan sampah, proyek ini juga diharapkan memberikan nilai tambah ekonomi melalui pemanfaatan listrik dari hasil pengolahan sampah.“Kabupaten Bekasi bagian dari kawasan aglomerasi Jakarta. Tidak etis bila persoalan sampah tak punya solusi permanen. PSEL adalah solusi brilian yang harus kita kejar bersama,” tegasnya.
Langkah percepatan proyek ini mendapat dukungan sejumlah kementerian dan lembaga, mulai dari Kemendagri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga DPMPTSP Kabupaten Bekasi. Mereka telah meninjau langsung area calon pembangunan di sekitar TPA Burangkeng.
Ade menyebut, PSEL akan menjadi proyek strategis daerah yang tak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat komitmen Bekasi menuju ekonomi hijau.
“Kami berkomitmen menjadikan PSEL ini sebagai tonggak perubahan. Dari sampah menjadi sumber daya,” ujarnya. (**)






















