TARUMAJAYA – Kawasan ekowisata Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) atau yang biasa dikenal Jembatan Cinta yang berada di Kampung Pal Jaya, Desa Segara Jaya, Tarumajaya tidak ada hentinya didatangi pengunjung dari warga lokal maupun luar daerah terlebih saat akhir waktu.
Meskipun ditutup sementara akibat pandemic, tidak menyurutkan pihak pengelola ekowisata dan masyarakat setempat, untuk terus berupaya melakukan perawatan rutin serta menjajakan produk hasil laut yang menjadi sumber mata pencaharian di ekowisata itu.
Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Agus Arief Setiawan mengatakan, ekowisata Jembatan Cinta ini mulai dirintis berawal pada 2015 lalu oleh inisiatif masyarakat setempat. Pada akhirnya hingga ramai seperti ini.
“Kini tempat ini sendiri masih dikelola secara mandiri oleh Kelompok Masyarakat dengan didukung kerjasama sejumlah pihak diantaranya yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bekasi, Dinas Pariwisata hingga Pemerintah Desa,“ terangnya saat ditemui disela sela kesibukan berdagang di kawasan ekowisata Jembatan Cinta, Selasa (17/8).
Ekowisata Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) atau yang biasa dikenal Jembatan Cinta ini memilki luas area lahan 7,3 hektare, dan lahan konservasi mangrove seluas 4 hektare. Selain menjadi tempat restorasi penanaman mangrove juga menyajikan panorama keindahan di pinggir pantai karena letaknya berada di pesisir pantai utara yang berbatasan langsung dengan pantai Marunda. Selain itu, ekowisata ini juga sudah dilengkapi berbagai macam fasilitas seperti perahu keliling pantai, jembatan kayu, sawung istirahat dan sawung pusat jajanan kuliner khas makanan laut.
Lanjut Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang mewadahi kelompok seluruh pedagang kuliner di ekowisata tersebut menjelaskan, sebelum adanya penataan kawasan ekowisata ini, pengunjung tidak terlihat ramai seperti sekarang ini.
“Disini warga setempat sebelumnya mayoritas hanya berprofesi sebagai nelayan, namun dengan adanya kawasan ekowisata ini apa lagi semakin tertata peningkatan ekonomi masyarakat sekitar semakin tumbuh dan geliat ekonominya mulai terlihat,“ paparnya.
Ia mengatakan, masyarakat di sekitar ekowisata ini yang awalnya tidak memiliki pekerjaan dan berprofesi pekerjaan dengan penghasilan rendah dengan adanya pengembangan ekowisata ini. “Kini warga merasa terbantu dengan memiliki sumber mata pencahariannya disini diantaranya yaitu sebagai pengelola wisata, penjaga retribusi, jasa antar perahu wisata, dan wirausaha produk olahan khas kuliner laut,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan, jika dilihat dari presentase sejak ekowisata ini dibangun pada 2015 lalu, pertumbuhan ekonomi masyarakat Pal Jaya kini terlihat mengalami peningkatan sebesar 70 persen dan sudah terlihat perkembangan penghasilannya. Namun ia juga tidak menampikan bahwa adanya wabah pandemi beberapa waktu lalu berdampak kepada pendapatan warga karena tidak adanya pemasukan dari pengunjung.
Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Agus Arief Setiawan menuturkan harapannya, untuk sisi kelanjutan pengembangan dan pengelolaan pusat restorasi mangrove dan ekowisata Jembatan Cinta.
“Iya jika tempat Pusat Restorasi Pembelajaran Mangrove dan Ekowisata Jembatan Cinta ini akan mau dikembangkan dengan maksimal, perlu adanya dialog atau musyawarah yang melibatkan sejumlah elemen mulai dari Kelompok Masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pariwisata, supaya nantinya akan menghasilkan kesepakatan dalam penataan dan pengelolaan bersama di ekowisata ini,” tandasnya. (RA/IB)
























Komentar